Coretan ini adalah review terhadap pengantar Ahmad Rafiq dalam buku Living Qur’an: Teks, Praktik, dan Idealitas dalam Performasi Al-Qur’an.[1] Coretan ini mencoba mengulik pernyataan besar mengenai sifat dasar kitab suci yang relasional sebagaimana diungkap Ahmad Rafiq mengutip William Graham.[2] Ulikan dari pernyataan ini penting untuk mengungkap peran teologis Al-Qur’an yang seolah tidak terlalu mendapat tempat dalam ulasan pengantar itu. Lebih jauh, ulikan ini diharap mampu memperjelas berada dimana sebenarnya objek material Studi Living Qur’an. Apakah ia berada pada hasil interaksi teks dan penafsir. Atau kah ia berada pada proses interaksi teks dan penafsir.
Continue reading “Redaksional sebelum Relasional”Budaya Transmisi vs Otoritas Kanoni
Sejak hadits dibukukan pada abad ke 4 Hijrah/10 Masehi, keabsahan budaya transmisi (culture of transmission) atau populer disebut sanad mulai ditinggalkan banyak pakar bahkan hingga saat ini. Walhasil, perselisihan, tuduhan, hingga klaim kepemilikan otoritas akan sabda Nabi Saw. tersebut mengemuka di kalangan mereka. Garrett Davidson menunjukkan hal itu dengan sangat baik dalam bukunya Carryng of The Tradition: A Social and Intellectual History of Hadith Transmission across a Thousand Years. Bagi banyak pakar, ahli hukum khususnya menganggap budaya transmisi harus ditinggalkan. Budaya ini dianggap metode usang karena ke-tidak-praktisannya. Namun tidak bagi ahli hadits, bagaimanapun, budaya transmisi lebih dari metode ilmiah biasa, ia adalah wujud eksistensi agama.
Continue reading “Budaya Transmisi vs Otoritas Kanoni”